Kehidupan di sebuah Pabrik Gula di Jawa Timur

Ini sebuah foto yang menyentuh hati saya, karena memotret suatu peristiwa yang manusiawi. Dalam foto ini terekam sebuah gambaran kehidupan di pabrik gula pada masa lalu. Kehidupan yang saat itu "indah" bagi anak-anak kecil ini. Foto ini diambil di PG Kremboong di Porong, Jawa Timur, bertempat di halaman belakang rumah dinas no 13 dari pabrik tersebut. Foto ini diambil sekitar tahun 1950. Berdiri di belakang Leo Geyp, Robby Ingenluyf, Ita Geyp. Berlutut di depan adalah Luki Ingenluyf dan Ronald Frederick Tomasowa. Di sebelahnya terdapat Rosalind Saptenno, Jocelyn Arthur Tomasowa, Francien Herlen Tomasowa dan Joyce Nelly Tomasowa. Mereka adalah paman dan bibi saya.



Staf PG Gempolkrep tahun 1960, pada foto ini tampak kakek saya, Jonathan Tomasowa (berdiri nomor 4 dari kiri) dan Oma Yosephine Saptenno (duduk nomor 4 dari kiri).
PG Gempolkrep adalah salah satu pabrik gula yang dimiliki NV Kooy en Coster van Voorhout. Pabrik ini didirikan pada tanggal 5 januari 1889 dan memiliki peralatan yang relatif modern untuk zamannya. Pada awal abad ke 20, terdapat banyak pabrik gula yang beroperasi di sekitarnya, seperti PG Sentanen Lor, PG Bangsal (Mojokerto), PG Brangkal (Mojokerto), PG Tangoenan (Sidoarjo) dan PG Ketanen (Mojokerto).
Namun, setelah Perang Dunia ke II, akibat pergolakan politik, perubahan kepemilikan dan tata kelola tanaman tebu, sejumlah pabrik gula terpaksa ditutup. Lahan yang dulunya dikonsesikan kepada pabrik-pabrik tersebut diambil alih oleh PG Gempolkrep. Sehingga, sampai saat ini, pabrik tersebut masih merupakan salah satu PG dengan kapasitas terbesar di DAS Kali Brantas.
Pada tahun 1957-1958, akibat konfrontasi Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Belanda dalam rangka pengembalian Irian Barat, dilakukan tindakan pengambilalihan terhadap maskapai dan perusahaan milik Belanda. Pengambilalihan ini ditetapkan melalui Undang-undang No 8 tahun 1958 dan disertai pembentukan perusahaan negara seperti di sektor perkebunan. Sesuai dengan keadaaan tersebut di atas maka PG Gempolkrep diambil dan diserahkan kepada pejabat Indonesia dengan pengawasan penguasa militer saat itu. Selanjutnya PG Gempolkrep diserahkan kepada Perusahaan Negara Gula, yang terus berubah, hingga kini menjadi PT Perkebunan Nusantara X.

Komentar

  1. Wah pak Raymond Valiant Ruritan benar-benar keturunan belanda berarti ya,? :D . Sebuah sejarah yang manis tapi tak dapat kita ketahui secara pasti, tentang sejarah di Mojokerto. Dan aku baru tahu kalau ada beberapa pabrik gula itu

    BalasHapus
  2. Selamat berjumpa. Salam kenal. Saya bukan sejarawan, hanya menikmati dan mencoba mengumpulkan informasi menarik mengenai berbagai hal yang pernah terjadi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Valleiwerken: Mega Proyek Zaman Hindia Belanda

Arca Ganesha di Karangkates: Pertarungan Kebijakan Pengetahuan dan Keliaran Manusia

Antonio Mario Blanco dan Ni Ronji