Rawa Pening di Ambarawa
Legenda setempat menyebut Rawapening ini timbul karena menyemburnya air dari sebatang lidi yang dicabut Bagus Klinting, anak dari Endang Sawitri dan Ki Hajar Salokantara yang berwujud seekor naga. Kisah rakyat ini tentu tak bersesuaian dengan fakta geologis.
Secara geologis, Rawapening adalah bagian dari sebuah danau purba akibat longsornya kubah Gunung Soropati/Telomoyo, sehingga terbendungnya aliran permukaan di daerah ini. Keruntuhan kubah gunung ini juga menyebabkan sedimentasi selama ratusan ribu tahun yang menghasilkan Cekungan Ambarawa.
Alhasil, Rawapening secara arkeologis adakah saksi perubahan alam yang penting. Penelitian Sèmah et al. (2004) terhadap hasil pengeboran sedimen di rawa itu menunjukkan menunjukkan ini. Ilmu palynology membuka fakta bagaimana dalam 28.000 tahun terakhir perubahan iklim dan vegetasi terekam dalam lapisan sedimen Rawapening yang berhasil diambil melalui pengeboran sedalam 30 meter.
Hari ini, Rawapening menjadi salah satu danau yang mendapat perhatian banyak pihak. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia sedang melakukan pembersihan intensif dari gulma air semacam enceng gondok (Eichornia crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes).
Komentar
Posting Komentar