Solo Valleiwerken: Mega Proyek Zaman Hindia Belanda
Seandainya Menteri Jajahan Kerajaan Belanda, Cremer, tidak menghentikan proyek Solo Valleiwerken pada 1898 maka di Bengawan Solo boleh jadi kita sekarang memiliki sistem pengairan dan jaringan irigasi terbesar di Indonesia. Semuanya berawal tahun 1852 ketika Pemerintah Hindia Belanda tertarik mengembangkan bagian hilir Sungai Bengawan Solo setelah melihat luas dan suburnya lahan pertanian yang dapat dibuka di lembah itu. Untuk keperluan perencananan, ditugaskanlah seorang insinyur bernama A.A.V Lederboer yang mempersiapkan konsep awal untuk pengembangan wilayah sungai Bengawan Solo. Mula-mula rencana Lederboer adalah membendung Kali Pacal – salah satu anak Sungai Bengawan Solo – untuk membangun suatu sistem irigasi di bagian hilir sungai ini yang mampu mengairi lahan seluas 70.000 bouw (setara 49.000 hektar). Namun rencana ini ditinjau ulang pada 1870 oleh salah seorang teknokrat dari Departemen Pekerjaan Umum (Burgerlijke Openbare Werkingen disingkat BOW) bernama J. Walter
Komentar
Posting Komentar