Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Antonio Mario Blanco dan Ni Ronji

Gambar
Pelukis keturunan Spanyol ini menabalkan dirinya sebagai pecinta keindahan di Pulau Dewata. Tatapan Antonio Mario Blanco seakan menembus kegelapan, sepasang mata pelukis ini tak dapat berpindah dari panggung kecil di mana sebuah pertunjukan tari sedang berlangsung. Saat itu adalah: awal 1951. Tempatnya: puri Raja Ubud, Bali. Penerangan: lampu minyak kelapa. Adapun Antonio - pelukis keturunan Spanyol yang dilahirkan di Manila, Filipina, adalah tamu dari sang raja. Dia telah berkeliling Indonesi a, sebuah negara yang baru merdeka, dan atas saran sesama pelukis - Walter Spies dan Rudolf Bonnet - datang ke Bali, pulau milik para Dewata. Pertunjukan tari di puri Raja Ubud menjadi titik di mana Antonio memutuskan untuk menetap di Bali dan ... menikahi penari utama malam itu, Ni Ronji. Tak pelak, ketertarikannya pada Ni Ronji adalah jawaban atas energi yang menggelegak dalam dirinya sejak lama.  Sebagai anak seorang dokter asal Spanyol, Antonio bangga akan energi khas mediterenia - ya

Nike Ardilla: Penyanyi Melodramatis 1980-an

Gambar
Jika dilahirkan di Amerika Serikat pada masa generasi bunga, maka Nike Ardilla alias Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi barangkali akan mengikuti garis nasib Janis Lyn Joplin, penyanyi  blues  Amerika Serikat yang meninggal pada usia muda dan  menjadi  icon  dalam musik pop.  Seperti halnya Joplin, gadis kelahiran Bandung 29 Desember 1975 ini juga meninggal secara tragis pada saat berada pada puncak karirnya. Namun berbeda dengan penyanyi blues kebanggaan Amerika tersebut, yang wafat lantaran kelebihan zat psikotropika, Nike justru meninggal karena kecelakaan mobil di Jalan Martadinata, Bandung yang dikendarainya suatu malam usai berpesta dengan teman-temannya.  Jika ditengok, maka karier musik Nike di dunia hiburan dimulai serba cepat ketika pada 1987 ibunya membawa Nike ke Himpunan Artis Penyanyi Musisi Indonesia (HAPMI) asuhan Djadjat Paramor. Di sana dia bertemu Deni Kantong, guru menyanyi dan Deni Sabrie yang kemudian menjadi manajernya. Kantong dan Sabrie memperkenalkannya

Kisah Tugu Kota Malang

Gambar
Presiden Republik Indonesia, Soekarno meresmikan Tugu Kota Malang 20 Mei 1953 Dalam sebuah aksi gerak cepat pada bulan Juli-Agustus 1947 Tentara Kerajaan Belanda berhasil menguasai kembali Kotapraja Malang. Mereka menembus garis demarkasi yang ditarik antara Surabaya dan Pasuruan, serta menduduki kota di dataran tinggi ini yang telah dibumihanguskan para pejuang Republik Indonesia. Hampir setahun lamanya Kota Malang diduduki Belanda, namun acap diganggu gerilyawan dari Tentara Republik Indonesia (TRI) Brigade VII dan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).  Untuk mengendurkan semangat para gerilyawan yang acap mengganggu maka pada 23 Desember 1948 monumen  berbentuk bambu runcing di depan kantor Kotapraja Malang diledakkan menggunakan dinamit. Sekian tahun kemudian (setelah Republik Indonesia diakui kemerdekaannya dan perang revolusi berakhir) monumen itu dibangun kembali. Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno lantas memperoleh kesempatan meresmikan kembali tugu yang berben