Nike Ardilla: Penyanyi Melodramatis 1980-an

Jika dilahirkan di Amerika Serikat pada masa generasi bunga, maka Nike Ardilla alias Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi barangkali akan mengikuti garis nasib Janis Lyn Joplin, penyanyi blues Amerika Serikat yang meninggal pada usia muda dan menjadi icon dalam musik pop. 



Seperti halnya Joplin, gadis kelahiran Bandung 29 Desember 1975 ini juga meninggal secara tragis pada saat berada pada puncak karirnya. Namun berbeda dengan penyanyi blues kebanggaan Amerika tersebut, yang wafat lantaran kelebihan zat psikotropika, Nike justru meninggal karena kecelakaan mobil di Jalan Martadinata, Bandung yang dikendarainya suatu malam usai berpesta dengan teman-temannya. 

Jika ditengok, maka karier musik Nike di dunia hiburan dimulai serba cepat ketika pada 1987 ibunya membawa Nike ke Himpunan Artis Penyanyi Musisi Indonesia (HAPMI) asuhan Djadjat Paramor. Di sana dia bertemu Deni Kantong, guru menyanyi dan Deni Sabrie yang kemudian menjadi manajernya. Kantong dan Sabrie memperkenalkannya pada Deddy Dores yang kemudian membuatkan beberapa lagu untuk album pertama Nike yang bertajuk Seberkas Sinar. 

Album perdana yang terbit ketika gadis ini belum genap 14 tahun ternyata laris, bahkan terjual lebih dari 500 ribu kopi. Alhasil, karir penyanyi cantik ini pun melejit. Oleh karena membawa genre pop-rock yang mudah dicerna, ditunjang penampilan yang menarik, putri R. Eddy Kusnadi dan Nining Ningsihrati ini pun lekas terkenal. Sayang sekali, pada 19 Maret 1985, pada usia belia dia harus mengakhiri karirnya. Sayang sekali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arca Ganesha di Karangkates: Pertarungan Kebijakan Pengetahuan dan Keliaran Manusia

Solo Valleiwerken: Mega Proyek Zaman Hindia Belanda

Antonio Mario Blanco dan Ni Ronji