Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Jamuan Makan Malam Semasa Hindia Belanda

Gambar
Jamuan malam dari manajemen Pabrik Gula (PG) Somobito tahun 1938 di Rumah Makan Hellendoorn, Tunjungan, Surabaya. Rumah makan ini dulunya terletak di depan (bekas) Toko Nam. Pada belakang foto ini ada tulisan tangan dari almarhum nenek saya, Josephine Saptenno mencatat nama-nama mereka yang hadir.  Dari kiri ke kanan: Mr J. Tomasowa, Mr Holms, Mevr Ingenluyf, Mr van Clast, Mevr Appel, Mr de Kok, Mevr Kolman, Mr Ingenluyf, Mevr Do mingo, Mr Appel, Mevr Kirvel, Mr Berkerveld, Mevr van Clast, Mr Kervel, Mevr Berkerveld, Mr Raad van Oldenbannenveld, Mevr de Kok, Mr Domingo, Mevr Holman, Mr Kolhman, Mevr Hongeveld, Mr van der Putte, Mr Hongeveld dan Mevr van der Putte. PG Somobito didirikan pada tahun 1892 oleh Erven Eilbracht di Desa Sumobito, Jombang. Pada tahun 1912 pabrik gula ini dibadan-hukumkan sebagai NV Somobito berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur. Setelah Perang Dunia ke II terjadi repatriasi (pemulangan kembali) warganegara Belanda. Sehingga NV Somobito digabung dengan N

Antonio Mario Blanco dan Ni Ronji

Gambar
Pelukis keturunan Spanyol ini menabalkan dirinya sebagai pecinta keindahan di Pulau Dewata. Tatapan Antonio Mario Blanco seakan menembus kegelapan, sepasang mata pelukis ini tak dapat berpindah dari panggung kecil di mana sebuah pertunjukan tari sedang berlangsung. Saat itu adalah: awal 1951. Tempatnya: puri Raja Ubud, Bali. Penerangan: lampu minyak kelapa. Adapun Antonio - pelukis keturunan Spanyol yang dilahirkan di Manila, Filipina, adalah tamu dari sang raja. Dia telah berkeliling Indonesi a, sebuah negara yang baru merdeka, dan atas saran sesama pelukis - Walter Spies dan Rudolf Bonnet - datang ke Bali, pulau milik para Dewata. Pertunjukan tari di puri Raja Ubud menjadi titik di mana Antonio memutuskan untuk menetap di Bali dan ... menikahi penari utama malam itu, Ni Ronji. Tak pelak, ketertarikannya pada Ni Ronji adalah jawaban atas energi yang menggelegak dalam dirinya sejak lama.  Sebagai anak seorang dokter asal Spanyol, Antonio bangga akan energi khas mediterenia - ya

Nike Ardilla: Penyanyi Melodramatis 1980-an

Gambar
Jika dilahirkan di Amerika Serikat pada masa generasi bunga, maka Nike Ardilla alias Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi barangkali akan mengikuti garis nasib Janis Lyn Joplin, penyanyi  blues  Amerika Serikat yang meninggal pada usia muda dan  menjadi  icon  dalam musik pop.  Seperti halnya Joplin, gadis kelahiran Bandung 29 Desember 1975 ini juga meninggal secara tragis pada saat berada pada puncak karirnya. Namun berbeda dengan penyanyi blues kebanggaan Amerika tersebut, yang wafat lantaran kelebihan zat psikotropika, Nike justru meninggal karena kecelakaan mobil di Jalan Martadinata, Bandung yang dikendarainya suatu malam usai berpesta dengan teman-temannya.  Jika ditengok, maka karier musik Nike di dunia hiburan dimulai serba cepat ketika pada 1987 ibunya membawa Nike ke Himpunan Artis Penyanyi Musisi Indonesia (HAPMI) asuhan Djadjat Paramor. Di sana dia bertemu Deni Kantong, guru menyanyi dan Deni Sabrie yang kemudian menjadi manajernya. Kantong dan Sabrie memperkenalkannya

Kisah Tugu Kota Malang

Gambar
Presiden Republik Indonesia, Soekarno meresmikan Tugu Kota Malang 20 Mei 1953 Dalam sebuah aksi gerak cepat pada bulan Juli-Agustus 1947 Tentara Kerajaan Belanda berhasil menguasai kembali Kotapraja Malang. Mereka menembus garis demarkasi yang ditarik antara Surabaya dan Pasuruan, serta menduduki kota di dataran tinggi ini yang telah dibumihanguskan para pejuang Republik Indonesia. Hampir setahun lamanya Kota Malang diduduki Belanda, namun acap diganggu gerilyawan dari Tentara Republik Indonesia (TRI) Brigade VII dan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).  Untuk mengendurkan semangat para gerilyawan yang acap mengganggu maka pada 23 Desember 1948 monumen  berbentuk bambu runcing di depan kantor Kotapraja Malang diledakkan menggunakan dinamit. Sekian tahun kemudian (setelah Republik Indonesia diakui kemerdekaannya dan perang revolusi berakhir) monumen itu dibangun kembali. Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno lantas memperoleh kesempatan meresmikan kembali tugu yang berben

Dari Micky Jaguar sampai Silvia Saartje: Pemusik Rock dari Malang

Gambar
Konon, pada tahun 1970 hingga awal 1990-an, Malang pernah disebut sebagai barometer musik Nusantara. Penonton musik di Malang, diakui berbagai grup musik memiliki antusiasme dan sikap kritis.  Micky Merkelbach alias Micky Jaguar (sumber: blog Remmy Soetansyah, 2010) Konon, jika sebuah grup musik berhasil tampil prima dan diterima pentasnya di kota dingin ini, maka kualitas penampilan mereka pasti dapat diterima masyarakat Nusantara. Sebaliknya bila tidak, jangan harap grup itu bertahan. Meskipun pernyataan itu tampak berlebihan, tapi Malang – sebagaimana halnya Jawa Timur, memang wilayah dalam khazanah kesenian yang sangat dinamis. Beberapa pemusik terkenal bangkit dari kota ini. Mereka pada zamannya mengangkat Malang ke peta musik Nusantara. Jauh sebelum teknologi terbeli, naluri untuk merangkai nada dan membesutnya sampai ke puncak, membuat mereka dikenal sebagai para perintis. Sebutlah nama Micky Markelbach (1950-1986), penyanyi rock blasteran Malang dan Jerman.

Banjir Dahsyat di Surakarta pada 24 Februari 1861

Gambar
Plakat penanda banjir (warna putih) terletak di sebelah kanan gerbang. Terjemahan dari Bahasa Belanda: (posisi) tertinggi air pada 24 Februari 1861 Tinggi plakat dari lantai dasar gerbang adalah 2 meter lebih. Tampak proporsional dari Gerbang Benteng Vastenburg di Surakarta Tidak banyak orang mau mengenang bencana. Sesuatu yang traumatis tentu tidak menyenangkan untuk diingat. Namun, catatan akan bencana juga penting sebab membawa kebijakan dalam membaca alam. Selain banjir besar yang pernah tercatat merendam Surakarta pada 13-14 Maret 1966, ternyata masih ada sebuah banjir lain yang lebih dahsyat menenggelamkan kota ini. Bekas banjir ini direkam pada gerbang Benteng Vastenburg. Benteng Vastenburg adalah  peninggalan Belanda yang terletak di kawasan Gladak, Surakarta. Benteng ini dibangun pada 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron von Imhoff dan merupakan bagian dari pengawasan Belanda terhadap penguasa Surakarta. Itu sebab letaknya tak jauh dari

Letusan Gunung Kelud

Gambar
Situasi di Pintu Masuk Bendungan Selorejo 14 Pebruari 2014 (sumber: Fahmi Hidayat PJT-I) Debu vulkanik menutup area Bendungan Selorejo, 14 Pebruari 2014 (sumber: Fahmi Hidayat PJT-I) Tim tanggap darurat dari PJT-I di Bendungan Selorejo, 14 Pebruari 2014 (sumber: Fahmi Hidayat PJT-I) Debu vulkanik menutup area Bendungan Selorejo, 14 Pebruari 2014 (sumber: Fahmi Hidayat PJT-I) Situasi 14 Pebruari 2014 pagi di Jalan Raya Ngantang-Pujon (sumber: Fahmi Hidayat PJT-I) Kendaraan ditinggalkan di Bendungan Selorejo 14 Pebruari 2014 (sumber: Fahmi Hidayat PJT-I) Sepeda motor para pengungsi di Bendungan Selorejo (sumber: Fahmi Hidayat PJT-I) Sejak tahun 1000 Masehi, ledakan gunung ini sudah dicatat sejarah. Berbagai keajaiban dikaitkan dengan tanda alam yang dibawa Gunung Kelud. Konon, Hayam Wuruk - Raja Majapahit yang perkasa - lahir bertepatan dengan letusan gunung ini pada 1 334 Masehi. Bahkan suara menggelegar dari letusan di pagi hari itu dihubungkan dengan

Rajamala: Perahu Istimewa Kasunanan Surakarta

Gambar
Pada masa kejayaan Kasunanan Surakarta di Jawa pada abad ke 19, Sang Sultan berpesiar di Sungai Bengawan Solo menggunakan sebuah perahu istimewa.  Perahu yang diberi nama Rajamala, selain merupakan kendaraan raja, juga merupakan simbol Kasunanan Surakarta yang tak hanya menguasai tanah di lembah Bengawan Solo namun juga sungai itu sendiri.  Bila sungai meluap, perahu itupun dipakai raja untuk meninjau, membagi bantuan dan menghibur rakyat dengan antara lain menyalakan kembang api! Alkisah, pembuatan perahu Rajamala ini dilakukan setelah Raja Pakubuwana (PB) IV menerima pemberian perahu dari Herman Willem Daendels pada tahun 1809.  Perahu pemberian Gubernur Hindia Belanda ini dinamakan Rajapati.  Meskipun telah diberi perahu, pemberian ini tidak memuaskan hati Raja PB IV.  Dia ingin memiliki perahu sendiri dengan ukuran lebih besar dari Rajapati. Maka diperintahkan kepada putranya yang bernama KGPA Anom atau GRM Sugandhi untuk memimpin pembuatan perahu kerajaan yang baru. Pera

Pantai Sadeng: Muara Purba dari Sungai Bengawan Solo

Gambar
Seandainya bagian selatan Pulau Jawa tidak terangkat oleh kekuatan alam berjuta tahun lalu, maka almarhum Gesang – pencipta lagu keroncong terkenal berjudul Bengawan Solo – tidak akan pernah menulis syair lagunya seperti yang kita kenal sekarang. Alkisah, sungai terpanjang di Jawa ini dulunya tidak mengalir jauh ke utara seperti yang disyairkan Gesang, malah mengalir ke selatan, langsung bermuara ke Laut Selatan. Ihwalnya adalah pertemuan dari dua tubir lempeng tektonis – yang kita sebut dalam literatur geologi sebagai Lempeng Asia dan Australia. Tumbukan ini menyebabkan Lempeng Australia menghunjam ke bawah Pulau Jawa, mengakibatkan pulau ini pun perlahan-lahan terangkat di bagian selatan. Lembah yang dahulu merupakan alur aliran air Bengawan Solo Purba Peristiwa pengangkatan yang terjadi sekitar 4 juta tahun silam ini, telah merubah wajah Pulau Jawa. Sungai-sungai besar di Jawa, berubah mengalir ke utara karena di sebelah selatan tumbuh perlipatan akibat pertemuan tad

Gerakan Samin: Oleh-oleh dari Blora dan Bojonegoro

Gambar
Perampasan atas akses pada sumberdaya alam seperti hutan dan tanah, menjadi pemantik dari sebuah gerakan keagamaan untuk mengembalikan alam dan isinya menjadi milik manusia.  Meskipun kerap disalah-tafsirkan karena dianggap bodoh dan lugu, toh Gerakan Samin patut menjadi renungan bagi kita di situasi masa kini yang barangkali situasinya masih mirip zaman dulu.  Hari itu, 7 Februari 1889. Seorang pria kurus berusia sekitar 30 tahun, bernama Surasentika untuk pertama kali berbicara di depan pengikutnya di a r a - a r a (lapangan) di Bapangan, Blora.  Dia tidak banyak berbicara. “Tanah ini milik kalian, karena sudah diwariskan Pandawa kepada raja-raja Jawa. Belanda tidak punya seujung kuku pun hak atas tanah di sini,” ucapnya ringkas. Samin Surasentika, duduk bersila di tengah (sumber: tidak diketahui) Meskipun pidatonya sangat pendek, apa yang diucapkan Surasentika adalah sebuah keyakinan bagi yang hadir.  Mereka sami-sami amin (sama meyakini) apa yang disampaikan,