Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Ladang Gandum di Auvers

Gambar
Salah satu lukisan terakhir Vincent van Gogh kini dipamerkan di National Gallery of Art di Washington, setelah hampir 50 tahun lamanya tersimpan dalam koleksi pribadi.  Lukisan berjudul, "Green Wheat Fields – Auvers" atau yang “Ladang Gandum di Auvers” menarik perhatian para ahli karena pelukis Belanda ini menyelesaikannya beberapa minggu sebelum meninggal di Perancis, 1890, pada usia 37 tahun. Sebuah akhir yang tragis bagi pelukis yang kini dianggap salah satu maestro Belanda. Seb agaimana dikabarkan ABC-News (22 Desember 2013) semula lukisan ini tersimpan dalam koleksi pribadi Paul Mellon, seorang jutawan dan kolektor seni. Namun pada awal 2013 jandanya, Rachel, menghibahkan kepada National Gallery of Art yang didirikan oleh mertuanya, Andrew Mellon pada 1937. Lukisan ini memang mewakili van Gogh dengan sapuan kuasnya yang kuat-bertekstur, serta murni menggambarkan pemandangan alam. Tanpa subyek apapun. Pemandangan alam pedesaan di Perancis: warna hijau terang dari l

Asal Usul Car Free Day

Gambar
“Sorry, geen gas” atau “Sorry, no gas.” Tulisan ini terpampang di berbagai stasiun pengisi bahan bakar minyak di Belanda. Berkali-kali kalimat ini dibacakan di televisi dan radio. “Sorry geen gas.” Dunia dalam krisis minyak. Belanda pun harus berhenti menggunakan kendaraan. Hari itu, 4 November 1973, negeri mungil di Eropa itu harus meninggalkan semua kendaraan dan mencari cara lain melakukan perjalanan. Semuanya berawal dari dukungan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Belanda dan Denmark, kepada Negara Israel dalam Perang Yom Kippur. Perang itu terjadi antara Israel dengan persekutuan Mesir dan Suriah. Sebagai dampak perang, negara-negara Timur Tengah yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) menaikkan harga minyak mentah. OPEC memiliki kekuatan politik yang besar saat itu mengendalikan pasar dari minyak mentah di dunia. Sebagai negara yang mengimpor, kenaikan bahan bakar ini berdampak besar. Belanda menerapkan kebijak

Harmoni Kosmik

Gambar
Salahsatu bentuk pengayoman kerajaan atas rakyat dan sekaligus merupakan pertanda dari "harmoni kosmik" menurut Jullien Benda, adalah dihadirkan berbagai orang unik yang "dipelihara" istana, seperti orang albino, cacat dan cebol. Foto ini diambil Woodbury and Page, menggambarkan orang cebol yang dipelihara keraton Surakarta, 1867. Semoga kebiasaan memelihara "orang cacat" tidak ditiru kekuasaan di masa kini. Foto ini koleksi dari KITLV.  

Raja Pakubuwana IX

Gambar
Pakubuwana IX (1830-1893) menjabat sebagai Raja Surakarta pada periode 1861-1893. Foto dari KITLV ini menggambarkan raja terkenal dari Surakarta ini pada puncak kejayaannya. Pakubuwana IX naik takhta menggantikan Pakubuwana VIII (paman ayahnya) pada tanggal 30 Desember 1861. Pemerintahannya ini dilukiskan oleh pujangga Ranggawarsita dalam karya-karya sastranya, misalnya Serat Kalatida. Hubungan antara Pakubuwana IX dengan Ranggawarsita sendiri kurang harmonis karena fitnah pihak Belanda  bahwa Mas Pajangswara (ayah Ranggawarsita yang menjabat sebagai juru tulis keraton) telah membocorkan rahasia persekutuan Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro. Akibatnya, Pakubuwana VI pun dibuang ke Ambon. Hal ini membuat Pakubuwana IX membenci keluarga Mas Pajangswara, padahal juru tulis tersebut ditemukan tewas mengenaskan karena disiksa dalam penjara oleh Belanda. Ranggawarsita sendiri berusaha memperbaiki hubungannya dengan raja melalui persembahan naskah Serat Cemporet. Saat itu karier

Para Pemakai Candu

Gambar
Menghisap candu adalah hiburan pelepas penat bagi banyak orang di Jawa. Bahkan berdagang candu adalah usaha yang menguntungkan.  Foto dari tiga orang memakai candu (1897) ini adalah salahsatu koleksi Prentenkabinet, dari Universitas Leiden, Belanda, yang terkenal. Memang, menghisap candu adalah hiburan pelepas penat bagi banyak orang di Jawa. Bahkan berdagang candu adalah usaha yang menguntungkan. Tak heran jika salah satu pasal dalam octrooi milik Vereeniging van Oost-indische Compagnie (VOC) adalah memperdagangkan candu. Pemakaian candu menjadi sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat di negeri jajahan VOC. Bahkan setelah persekutu an dagang ini bubar, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tetap memperjualbelikan bahan madat ini secara meluas. Salah satu sebabnya adalah cukai yang dipetik atas zat adiktif ini sangat menguntungkan pundi negara. Keuntungan penjualan candu secara resmi (1882-1888) saja dicatat sebesar 129,5 juta gulden! Meskipun pemerintah berusaha membatasi penju