Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Gerakan Samin: Oleh-oleh dari Blora dan Bojonegoro

Gambar
Perampasan atas akses pada sumberdaya alam seperti hutan dan tanah, menjadi pemantik dari sebuah gerakan keagamaan untuk mengembalikan alam dan isinya menjadi milik manusia.  Meskipun kerap disalah-tafsirkan karena dianggap bodoh dan lugu, toh Gerakan Samin patut menjadi renungan bagi kita di situasi masa kini yang barangkali situasinya masih mirip zaman dulu.  Hari itu, 7 Februari 1889. Seorang pria kurus berusia sekitar 30 tahun, bernama Surasentika untuk pertama kali berbicara di depan pengikutnya di a r a - a r a (lapangan) di Bapangan, Blora.  Dia tidak banyak berbicara. “Tanah ini milik kalian, karena sudah diwariskan Pandawa kepada raja-raja Jawa. Belanda tidak punya seujung kuku pun hak atas tanah di sini,” ucapnya ringkas. Samin Surasentika, duduk bersila di tengah (sumber: tidak diketahui) Meskipun pidatonya sangat pendek, apa yang diucapkan Surasentika adalah sebuah keyakinan bagi yang hadir.  Mereka sami-sami amin (sama meyakini) apa yang disampaikan,

Solo Valleiwerken: Mega Proyek Zaman Hindia Belanda

Gambar
Seandainya Menteri Jajahan Kerajaan Belanda, Cremer, tidak menghentikan proyek Solo Valleiwerken pada 1898 maka di Bengawan Solo boleh jadi kita sekarang memiliki sistem pengairan dan jaringan irigasi terbesar di Indonesia. Semuanya berawal tahun 1852 ketika Pemerintah Hindia Belanda tertarik mengembangkan bagian hilir Sungai Bengawan Solo setelah melihat luas dan suburnya lahan pertanian yang dapat dibuka di lembah itu.  Untuk keperluan perencananan, ditugaskanlah seorang insinyur bernama A.A.V Lederboer yang mempersiapkan konsep awal untuk pengembangan wilayah sungai Bengawan Solo. Mula-mula rencana Lederboer adalah membendung Kali Pacal – salah satu anak Sungai Bengawan Solo – untuk membangun suatu sistem irigasi di bagian hilir sungai ini yang mampu mengairi lahan seluas 70.000 bouw (setara 49.000 hektar).  Namun rencana ini ditinjau ulang pada 1870 oleh salah seorang teknokrat dari Departemen Pekerjaan Umum (Burgerlijke Openbare Werkingen disingkat BOW) bernama J. Walter

Antara Raja Purnawarman, Kapitein Phoa Bing Ham, Insinyur van Breen dan Gubernur Joko Widodo

Jakarta sudah menjadi langganan  banjir dan genangan. Tidak saja di zaman kini, namun sejak dulu. Toh, setiap zaman punya solusinya sendiri. Pada tahun 417  Raja Purnawarman  dari Taruma – kerajaan tertua yang terekam dalam tarikh sejarah Indonesia – meresmikan perbaikan Sungai Chandra-bhaga. Peresmian ini tercatat pada Prasasti Tugu yang ditemukan dekat Jakarta, ibukota Indonesia. Prasasti Tugu adalah salah satu dari 7 prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Taruma yang pernah memerintah dataran rendah Jawa Barat selama hampir 3 abad (sekitar tahun 358-690M).  Sungai ini sendiri dikenal kemudian sebagai Sungai Bekasi (dari perubahan linguistik «bhaga» menjadi Bekasi). Rehabilitasi Chandra-bhaga bertujuan mengamankan lahan pertanian dari banjir dan menyediakan akses air bagi keperluan masyarakat saat itu. Rehabilitasi sungai sepanjang 11 km itu memang tidak dapat dimasukkan kategori «kebudayaan hidrolik» dari Wittfogel atau «despotisme timur» sebab tidak ada kelas penguasa yang m

Crossing the Waters

Gambar
Sungai Brantas di Kota Malang sekitar tahun 1925 (koleksi dari: KITLV Belanda) Crossing the waters - dapat diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia sebagai menyeberang sesuatu (perairan). Istilah ini dipilih untuk menggambarkan tujuan media ini: menulis apapun yang bersifat lintas ide. Baik yang melintasi " perairan "  tenang maupun deras. Ibarat melintas sekat, laman  ini hendak mewadahi ide apapun di benak penulis antara langit, bumi dan air. Selamat membaca. Crossing the waters - can be freely translated into the Indonesian term as passing through the unknown or anew. This term is coined in the sense that it will represent what is intended: writing anything encompassing issues. Either it may calm-pools or even white-waters. Like crossing the borders, the writer expects this blog to conceive any idea that is between heaven, earth and water. Welcome here.