Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Prasasti dari Kayu Jati di Bendungan Serbaguna Wonogiri

Gambar
Sebuah pesan penuh inspirasi terpasang di ruang tamu kantor pengelola Bendungan Serbaguna Wonogiri di Jawa Tengah. Tulisan pada panil kayu jati ini berbunyi … Membangun bendungan serbaguna adalah suatu pekerjaan yang menyangkut kehidupan masyarakat yang luas. Pada phase pelaksanaan sebagian masyarakat merasa dirugikan dan baru setelah bendungan berfungsi masyarakat luas akan mengenyam nikmat manfaatnya. Maka kita wajib menjalankan tugas suci ini sebaik-baiknya serta sejujur-jujurnya dan mengusahakan penyelesaian secepat-cepatnya agar manfaatnya segera dapat kita rasakan bersama. Wonogiri, 10 Oktober 1977, tertanda Ir. Hartoto Pesan ini memiliki makna mendalam. Penulisnya pasti terlibat dalam pembangunan Bendungan Serbaguna Wonogiri, sebuah infrastruktur pengairan yang besar dibangun pada masa Orde Baru memimpin Indonesia. Bendungan ini direstui pembangunannya pada 1 Juli 1976 oleh Presiden RI Soeharto. Berselang setahun kemudian, pesan ini ditulis pada prasasti kayu ini menjadi peringa

Bawang Merah, Ternak Itik dan Irigasi Songgom

Gambar
Kabupaten Brebes di Jawa Tengah tak bisa dipisahkan dari beberapa produk andalannya: beras, bawang merah dan telur itik.  Dalam perjalanan dari Brebes menuju Tegal, bila melewati Ajibarang dan Songgom tak akan lepas pandangan kita dengan dataran subur dan dipenuhi lahan pertanian. Inilah tempat dari mana padi, bawang merah dan telur itik dihasilkan. Sejak awal abad ke 20, usaha tani di Brebes telah berkembang akibat adanya irigasi. Usai memanen padi, para petani memelihara itik yang memakan serasah organik di sawah. Itik-itik ini menikmati sisa-sisa organik tanaman padi.  Telur itik kemudian dipanen. Lebih lanjut, di sela-sela menanam padi, para petani mulai menanam bawang merah memanfaatkan ketersediaan irigasi sepanjang musim. Demikianlah Brebes bertiwikrama dalam urusan telur itik dan bawang merah. Ketika memasuki Brebes, mulai Kranggan sampai Pejagan, sepanjang jalan terdapat sebuah saluran irigasi besar yang menjadi sumber air bagi lahan pertanian. Sistem yang disebut irigasi Song

Rawa Pening di Ambarawa

Gambar
Pemandangan dari bukit menggambarkan keindahan alami dari Cekungan Ambarawa. Berjumpa kembali dengan Rawapening setelah sekian lama tak bersua. Rawa seluas hampir 27 km-persegi ini (2018) adalah bagian dari sebuah dataran bernama Cekungan Ambarawa. Alkisah, Bemmelen (1949) menyakini Rawapening berada pada suatu patahan purba di Jawa. Cekungan Ambarawa di mana Rawapening berada diapit kompleks berapi Gunung Ungaran, Soropati/Telomoyo, Merbabu dan Merapi. Pada masa kini hanya Merapi yang masih aktif. Legenda setempat menyebut Rawapening ini timbul karena menyemburnya air dari sebatang lidi yang dicabut Bagus Klinting, anak dari Endang Sawitri dan Ki Hajar Salokantara yang berwujud seekor naga. Kisah rakyat ini tentu tak bersesuaian dengan fakta geologis. Secara geologis, Rawapening adalah bagian dari sebuah danau purba akibat longsornya kubah Gunung Soropati/Telomoyo, sehingga terbendungnya aliran permukaan di daerah ini. Keruntuhan kubah gunung ini juga menyebabkan sedimentasi selama ra