Bawang Merah, Ternak Itik dan Irigasi Songgom

Kabupaten Brebes di Jawa Tengah tak bisa dipisahkan dari beberapa produk andalannya: beras, bawang merah dan telur itik. Dalam perjalanan dari Brebes menuju Tegal, bila melewati Ajibarang dan Songgom tak akan lepas pandangan kita dengan dataran subur dan dipenuhi lahan pertanian. Inilah tempat dari mana padi, bawang merah dan telur itik dihasilkan.


Sejak awal abad ke 20, usaha tani di Brebes telah berkembang akibat adanya irigasi. Usai memanen padi, para petani memelihara itik yang memakan serasah organik di sawah. Itik-itik ini menikmati sisa-sisa organik tanaman padi. Telur itik kemudian dipanen. Lebih lanjut, di sela-sela menanam padi, para petani mulai menanam bawang merah memanfaatkan ketersediaan irigasi sepanjang musim. Demikianlah Brebes bertiwikrama dalam urusan telur itik dan bawang merah.

Ketika memasuki Brebes, mulai Kranggan sampai Pejagan, sepanjang jalan terdapat sebuah saluran irigasi besar yang menjadi sumber air bagi lahan pertanian. Sistem yang disebut irigasi Songgom ini merupakan bagian dari Daerah Irigasi (DI) Pemali, sesuai nama sungai terbesar di pantai utara Jawa Tengah.

Pengembangan irigasi di sekitar Sungai Pemali telah diusulkan pada tahun 1861 oleh Residen Tegal, I. W. C. Keuchenius. Usulan ini cukup lama dipertimbangkan Pemerintah Hindia Belanda, dan baru pada tahun 1876 ditugaskan C. Gast untuk memimpin perencanaannya. Rencana pembangunan suatu sistem irigasi ini pun disusun secara seksama.

Berbagai perubahan terjadi, namun sejak tahun 1889 di bawah H. H. van Kol sebagai kepala pada Jawatan Pengairan di Tegal, berhasil menyusun suatu rencana yang dapat diterima semua pihak terkait pembangunan sistem irigasi seluas 31.000 bahu atau setara 22.000 hektar di Brebes.

Pembangunan DI Pemali, termasuk dalam wilayah Kabupaten Brebes dimulai pada tahun 1897 dipimpin seorang insinyur muda, A. G. Lamminga. Ia kelak akan dikenal sebagai bapak irigasi modern di Hindia Belanda.

Bangunan terjunan dan sekaligus pembagi irigasi di Songgom.

Saluran irigasi dan bangunan pembagi di Songgom adalah karya Lamminga yang mengesankan, Saluran dibangun dengan prinsip stable channel. Prinsip ini mengatur agar kecepatan aliran di dalam saluran senantiasa lebih kecil dari kecepatan kritis yang menyebabkan gerusan pada tubuh saluran. Penerapan prinsip ini menyebabkan bentuk saluran tanpa perkerasan ini senantiasa stabil. Keseluruhan sistem irigasi di Brebes ini dapat diselesaikan pada 1903. 

Lamingga, insinyur terkemuka pembangun sistem irigasi di Tegal.

Salah satu peninggalan monumental di dalam sistem ini adalah aquaduct (talang) di Poncol. Bangunan ini menyeberangkan irigasi di saluran dari Songgom melintasi Sungai Pemali untuk mengairi sawah di sisi seberang. Bangunan ini pun dikenal dengan Talang Poncol.

Setelah beroperasi lebih dari 100 tahun, pada tahun 2016 aquaduct dari baja ini dihentikan fungsinya dan perannya digantikan sebuah bangunan lebih baru dari beton di sisi kiri. Perbaikan ini dilakukan tanpa membongkar talang lama, sehingga kedua infrastruktur ini berdiri berdampingan di atas Sungai Serayu.

Adapun Lamminga sendiri, karena dikenal sebagai ahli irigasi maka sejak tahun 1917 diangkat sebagai dosen pada Technische Universiteit Delft di Belanda hingga wafat. Patutlah ia dikenang sebagai bapak irigasi modern di Indonesia. Sebuah monumen didirikan untuk mengenangnya di Tegal, namun monumen itu kini telah diganti dengan peringatan untuk seorang pahlawan militer Indonesia.

Inilah kisah di belakang bawang merah dan telur itik dari Brebes. Mak nyuus jika bawang itu digoreng kering dan disajikan bersama nasi hangat dan telur itik yang diasinkan.


Tegal 12 Desember 2021

Komentar

  1. Di paragraf ke-9 sepertinya ada yg salah pak. Tertulis 'Sungai Serayu', seharusnya 'Sungai Pemali'

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arca Ganesha di Karangkates: Pertarungan Kebijakan Pengetahuan dan Keliaran Manusia

Solo Valleiwerken: Mega Proyek Zaman Hindia Belanda

Antonio Mario Blanco dan Ni Ronji