Para Pemakai Candu

Menghisap candu adalah hiburan pelepas penat bagi banyak orang di Jawa. Bahkan berdagang candu adalah usaha yang menguntungkan. 


Foto dari tiga orang memakai candu (1897) ini adalah salahsatu koleksi Prentenkabinet, dari Universitas Leiden, Belanda, yang terkenal. Memang, menghisap candu adalah hiburan pelepas penat bagi banyak orang di Jawa. Bahkan berdagang candu adalah usaha yang menguntungkan. Tak heran jika salah satu pasal dalam octrooi milik Vereeniging van Oost-indische Compagnie (VOC) adalah memperdagangkan candu.

Pemakaian candu menjadi sebuah kebiasaan baru bagi masyarakat di negeri jajahan VOC. Bahkan setelah persekutuan dagang ini bubar, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tetap memperjualbelikan bahan madat ini secara meluas. Salah satu sebabnya adalah cukai yang dipetik atas zat adiktif ini sangat menguntungkan pundi negara. Keuntungan penjualan candu secara resmi (1882-1888) saja dicatat sebesar 129,5 juta gulden!

Meskipun pemerintah berusaha membatasi penjualan madat – tempat penjualan resmi berjumlah 1.821 (tahun 1861) turun menjadi 894 (1893) – namun ketergantungan candu sudah menjadi penyakit masyarakat Jawa yang parah.

Sedemikian parahnya pemakaian zat adiktif ini, sehingga pada 1890 seorang dokter Belanda bernama Willem C. A. E. van Soeterwoude mengutuk negerinya sendiri karena memperkenankan pemakaian madat ini melalui artikel: De Opium Vloek (Kutukan Candu) yang terkenal itu.

Toh, candu menjadi sebuah industri yang mapan di Jawa. Pada 1895, sebuah pabrik candu di Jawa memperkerjakan 70 orang Belanda dan sekitar 1.000 pekerja bumiputera dalam setahun dapat menghasilkan 600.000 ampul candu dengan isi sekitar 25 mata (1 mata = 0,368 gram). Seluruhnya bernilai sekitar 15 juta gulden. Jumlah yang fantastis saat itu (bahkan hingga kini).

Meskipun industri candu secara resmi berakhir tahun 1942, sampai saat ini pun, pemakaian zat madat masih menjadi industri yang besar dan memberi keuntungan bagi banyak sekali orang ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arca Ganesha di Karangkates: Pertarungan Kebijakan Pengetahuan dan Keliaran Manusia

Solo Valleiwerken: Mega Proyek Zaman Hindia Belanda

Antonio Mario Blanco dan Ni Ronji