Sibuk Belum Tentu Membawa Keberhasilan

Sibuk. Kata ini sering menjadi kebanggaan. Menjadi manusia (super) sibuk seolah-olah mengangkat status. Jika tidak sibuk, orang bisa khawatir dirinya dianggap tidak bekerja dengan baik. Kenyataannya, “sibuk” itu justru menurunkan produktifitas.

Kondisi (super) sibuk bisa digambarkan telepon yang terus berdering, surat elektronik bertubi-tubi, jadual padat, perjalanan dinas terus menerus dan lain sebagainya. Situasi ini mengharuskan seseorang melakukan multitasking.

Peneliti neurosains, David Meyer dari Michigan, Amerika Serikat, memublikasikan penelitiannya yang menunjukkan, “Orang yang melakukan multitasking memperlambat kinerja dan meningkatkan kemungkinan kesalahan.”

Melakukan beberapa hal sekaligus mempengaruhi kemampuan memutuskan sesuatu oleh karena otak kita dirancang memroses sesuatu secara terbatas dan fokus.

Microsoft Inc. meneliti fenomena multitasking pada karyawannya. Mereka menemukan, rerata karyawan memerlukan 15 menit untuk kembali mengerjakan tugas mereka setelah melakukan hal lain. Waktu itu dihabiskan akibat mereka belum bisa fokus setelah membuka media sosial, surat elektronik atau chat.

Kesibukan dapat mengurangi produktifitas karena hambatan di otak yang mencegah (secara otomatis) untuk berkonsentrasi pada dua hal berbeda. Keterbatasan otak ini dibuktikan oleh Rene Marois dari Universitas Vandebilt, yang memakai magnetic resonance imaging (MRI) untuk memetakan kerja otak.

Ini adalah hasil evolusi yang tertanam dalam otak. Manusia tidak akan bertahan dalam proses seleksi alam, jika otaknya tak dirancang untuk mampu berkonsentrasi.

Seseorang diketahui paling produktif justru ketika dia mampu mengatur jadual sehingga memastikan dirinya fokus pada tugas yang dihadapinya secara efektif. Penelitian Meyer dan Marois, membuktikan hal ini.

Hal ini juga dibuktikan Steve Jobs ketika dia kembali memimpin Apple Inc. pada 1997 setelah meninggalkan perusahaan itu pada 1984. Pada saat Jobs datang kembali, Apple Inc. berada dalam tubir kehancuran. Mereka memiliki 24 produk saat itu, mulai komputer sampai gadget game. Semuanya tidak terlalu diminati pasar.

Jobs lalu memutuskan secara radikal untuk berkonsentrasi pada satu jenis barang saja, dengan dua varian: piranti komputer untuk segmen pribadi dan bisnis. Apple Inc. pun membesar dan akhirnya bertiwikrama.

Pada 2006, ketika perusahaan teknologi lain seperti Research in Motion (RIM), Sony atau Nokia mengeliat, sekali lagi Jobs memutuskan berkonsentrasi pada tiga produk saja: komputer, telepon seluler (iPhone) dan piranti musk (iPod). Kini tahun 2016, ketiga perusahaan tadi sudah jauh jaraknya dari Apple Inc.


Sekali lagi, sibuk belum tentu menghasilkan sesuatu. Satu-satunya cara meningkatkan produktifitas adalah fokus, melangkah secara terjadual dan secara tuntas. Selamat menikmati akhir minggu. Salam!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arca Ganesha di Karangkates: Pertarungan Kebijakan Pengetahuan dan Keliaran Manusia

Solo Valleiwerken: Mega Proyek Zaman Hindia Belanda

Antonio Mario Blanco dan Ni Ronji